Sebuah gapura besar bertuliskan Sentra Rajutan Binongjati seolah menyambut kedatangan saya hari itu. Geliat usaha kecil dan menengah di Bandung sepertinya terus menyala. Tak hanya sentra sepatu Cibaduyut yang melibatkan ratusan perajin sepatu dan sandal kulit, sentra usaha rajut Binong Jati pun tetap menjadi salah satu andalan Kota Bandung. Sebagai kota mode dan fesyen, Bandung memang memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan industri pakaian. Salah satunya adalah pakaian yang diproduksi para perajin usaha kecil dan menengah (UKM) di sentra industri rajut Binongjati Bandung. Mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa Binongjati adalah nirwana bagi para pencari baju rajut berkualitas dan berharga murah. Meski telah menjadi salah satu wilayah yang masuk ke dalam revitalisasi lima sentra industri di Kota Bandung, gaungnya masih kalah dibandingkan dengan toko-toko baju modern yang tersebar di seluruh pelosok Bandung.
Seiring langkahan kaki, rajutan-rajutan nan indah seakan menjadi teman perjalanan saat itu. Penyusunan tempat yang kurang representatif dan tidak terlalu memerhatikan kenyamanan para pengunjung sepertinya menjadi sebuah alasan mengapa tempat ini tak begitu populer di tengah masyarakat. Walaupun demikian, sentra rajutan ini kini lambat laun mulai dikunjungi oleh wisatawan, apalagi pada saat liburan akhir pekan. Jarak dan aksesnya yang tak terlalu sulit untuk dicapai ditengarai menjadi penyebab ia mulai kembali dikunjungi. Ya, Binongjati memang hanya berjarak 3 kilometer dari pusat kota, hanya 15 menit perjalanan dari pintu tol Buah Batu.
Menurut tuturan seorang perajin yang saya jumpai hari itu, Cikal bakal industri rajutan Binongjati muncul pada 1965. Sebelumnya, penduduk Binongjati banyak yang menjadi buruh di pabrik-pabrik rajutan yang ada di kota Bandung. Namun, dengan meningkatnya permintaan rajutan, para majikan meminta agar para buruh mengerjakan rajutan di rumah. Mereka dibekali mesin rajut dan wajib menyetorkan produksinya sesuai dengan permintaan majikan. Tingginya permintaan membuat sejumlah buruh bisa menabung sehingga mampu membeli mesin sendiri. Sambil mengerjakan pesanan majikan, mereka juga mengajar beberapa orang di Binongjati membuat baju rajutan.
“Dahulu ia sempat jaya. Ia menjadi salah satu tempat industri rajut yang terbesar di Kota Bandung. seiring dengan meredupnya industri tekstil dan produk tekstil di Kabupaten Bandung, bisnis rajutan berbahan utama benang ini pun terkena imbas. Di samping itu, sejak tahun 2006 bisnis di sentra itu meredup akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Oktober 2005. Kenaikan itu mengakibatkan tingginya harga bahan baku benang. Diperkirakan sekitar 40 persen dari 400 perajin di kawasan ini tidak mampu meneruskan bisnis rajutannya akibat kenaikan harga BBM,” ungkapnya kepada saya, “beruntung pemerintah memasukkan Binongjati sebagai salah satu titik revitalisasi industri Bandung. Akses kini jadi lebih mudah, ya, setidaknya dari sisi infrastruktur, Binongjati telah mengalami perkembangan yang cukup berarti,” tambah sang pedagang tersebut dengan nada optimis.
Saat ini, 4 ribu lusin produk bisa dihasilkan setiap harinya, mulai dari blus, jaket, sweater, cardigan, sampai produk terbaru yaitu kerudung. Dengan kuantitas produksi yang sedemikian banyak, omzet yang bisa dihasilkan pun bisa mencapai Rp 700 juta-Rp 1 miliar per harinya. Umumnya pedagang Binongjati menjual hasil produksinya dalam skala lusinan, namun jangan terlalu khawatir, beberapa pedagang kini telah mulai membuka toko-toko yang melayani para pembeli satuan. Kisaran harga yang ditawarkannya pun akan menggoda siapapun untuk berbelanja.
Satu hal lagi yang cukup menarik mata saya hari itu sebenarnya tak hanya sekadar baju-baju rajutan yang terdapat di sini. Binongjati menawarkan nuansa lain, tak hanya nuansa berbelanja, di sini para pengunjung pun dapat secara langsung melihat proses pembuatan rajutan. Bagaimana tangan-tangan ahli tersebut bergerak lincah memainkan mesin di hadapannya untuk menghasilkan baju rajutan menawan. Satu hari seolah tak cukup bagi saya untuk bermesraan dengan Binongjati. Ah, tapi setidaknya saya berjanji satu hal, akan ada hari lain dimana saya akan kembali mengunjungi. Mungkin Anda mau menemani saya berpelesir ke Binongjati? Saya akan dengan senang hati menerima ajakan tersebut.
saya orang, binong hehehee
BalasHapusbisa info contac supplier baju rajut bandung, sy mau produksi untuk jual kembali
BalasHapus