21.1.15

Locavore: Fakta-fakta Seputar Tempe

Tanggal 4 Januari 2015 lalu, Aliansi Untuk Desa Sejahtera bekerjasama dengan Tobucil & Klab menyelenggarakan pameran, workshop dan diskusi dengan tema Pangan Lokal. Acara ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap persoalan pangan lokal.


Ada raja tempe di Jepang, Rustono dari Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia yang memberi merek untuk produk tempe buatannya 'Rusto's Tempe'.

Jepang bersemangat menggarap tempe sejak tahun 1996, saat terjadi wabah diare akibat E-Coli O-175 yang memakan korban jiwa anak-anak. Sejak itu mereka menggarap tempe sebagai tempe bakar, tempe tempura, tempe miso, tempe steak, tempe burger dan tempe kroket.

Jepang punya buku tentang tempe 'The Book of Tempeh' ditulis William Shurtleft dan Akiko Aoujaga tentang pembuatan dan manfaat tempe dengan latar belakang budaya Indonesia terutama Jawa.

Berbagai penelitian di sejumlah negara seperti Jerman, Jepang dan Ameria Serikat berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe dengan lebih cepat, berkualitas atau memperbaiki kandungan gizi tempe. 

Universitas North Carolina, Amerika Serikat. Temuan: genestein dan fitoestrogen dalam tempe dapat mencegah kanker prostat dan payudara.

Tempe dimulai di Indonesia, kemudian mendunia. Kaum vegetarian menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indoensia.

Generasi Tempe
1. Generai I seperti tempe saat ini yang kita makan sehari-hari.
2. Gerasi II baru sebatas penelitian di Indonesia: Pengembangan tempe oleh lembaga penelitian di Indonesia:
- Jus tempe (LIPI)
- Tempe yang dikalengkan untuk memperpanjang waktu simpan tempe (BPPT)
Sementara Jepang sudah mengembangkannya dalam bentuk kacang goreng tepung, karinto, abon, miso tempe/tauco.
3. Generasi III tempe dijadikan bahan bahan isolasi superoksida. Dismutase untuk mencegah penuaan dini dan penyakit degeneratif lainnya. Dikembangkan oleh Jerman.

Kepang Rhizopus atau ragi tempe yang biasa digunakan: Rhizopus Oligosporus, Rh. Oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti) atau Rh. Arhizus.

Seperti tahu telah menyelamatkan kesehatan rakyat Cina, demikian pula tempe telah menyelamatkan rakyat Jawa. 
(Dr. Onghokham di Kompas, 1 Januari 2000: 'Tempe, Sumbangan Jawa untuk Dunia")

Tempe merupakan makanan asli Jawa yang berkembang di abad ke19. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk yang amat tinggi, hutan yang mengecil karena diubah menjadi perkebunan kolonial, paksaan menjadi kuli tanam paksa, sehingga sulit untuk berburu, memancing, berternak, sehingga makanan orang Jawa menjadi tanpa daging. Kondisi inilah yang memaksa munculnya tempe.  Penyebaran kedelai secara luas di Jawa kemungkinan besar dimulai pada abad ke 19.


Catatan tertua tentang tempe: Ensyclopeaedia van Nederlandsch Indie (1922). Mencatat tempe sebagai "kue" yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk's voedsel)'.

Manfaat dalam sepotong Tempe
  • Penelitian Jepang menyebutkan kandungan gizi tempe tidak kalah dari daging sapi. 
  • Protein nabati yang tinggi baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga bisa menjadi pengganti protein daging, telur maupun susu. 
  • Asam lemak esensial, antioksidan yang dapat menghambat proses penuaan
  • Isoflavon yang berfungsi sebagai anti kanker, vitamin B-12 yang tinggi, yang biasanya hanya terdapat pada sumber pangan hewani. 
  • Antibiotik alami yang dapat menghambat munculnya berbagai penyakit. Jamur Dhizipus memproduksi zat antibiotika alami untik melawan sejumlah organisme mrugikan. Zat antibiotika alami dlam tempe ini bisa jadi obat untuk disentri saat rutin dikonsumsi.
  • Mudah dicerna, baik bagi orang yang punya keseulitan mencerna makanan berportein tinggi yang berasal dari tumbuhan. Proses fermentasi tempe membuat kacang kedelai menjadi lebih lembut, karena enzim yang dihasilkan ragi sudah mencerna nutrisi di biji kedelai. 
  • Baik bagi pengidap diabetes yang kerap bermasalah dengan sumber protein hewani. Protein dan seratnya juga dapat mencegah gula darah dan menjaga kadar gula darah tetep terkontrol. 


2 komentar:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails