2.6.15

Lebih Artistik Dengan Teknik Cetak Manual


Empat belas orang berkumpul di meja Tobucil, terbagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok duduk berhimpitan, sementara pandangan mata tertuju pada dua mesin yang mirip dengan mesin giling kue. Bukan kue yang mereka giling melainkan kertas.

Para peserta workshop letter press di Tobucil itu dengan sabar menunggu giliran untuk mencoba mencetak kertas dengan cara kuno. Sambil menunggu, mereka ikut memperhatikan peserta lain menggunakan berbagai plat yang disediakan oleh Tarlen Handayani dan Suryanti sebagai fasilitator.

Saat kertas mulai terbentuk sesuai dengan plat yang mereka gunakan, antusiasme peserta pun makin meningkat. Mereka kembali mencoba mencetak dengan plat lain. Mereka juga berimprovisasi dengan tinta yang digunakan. Beberapa peserta bahkan mencoba mencetak kertas tanpa tinta (emboss).

Mencetak kertas dengan mesin letter press ini cukup membantu para crafter. Terutama para penyuka paper crafting. Bagi Suryanti yang akrab dipanggil Isur, mencetak kertas dengan cara kuno itu membawa kepuasan tersendiri. Terlebih hasilnya pun lebih artistik ketimbang mesin cetak digital.

“ Dengan letter press ini, kita juga bisa berkreasi sendiri sesuai dengan selera,” katanya.
Pada awal kemunculannya, mesin letter press ini berupa rangkaian dari besi kokoh. Ukurannya sedikit lebih besar dari mesih jahit antik. Selain kurang praktis, butuh tenaga ekstra untuk menggunakannya. 

Kelebihannya, mesin letter press besar ini lebih mudah digunakan untuk mencetak dalam jumlah banyak.
Seiring dengan perkembangan jaman, mesin letter press pun ikut bertransformasi. Bentuknya terlihat lebih manis sesuai dengan ukurannya yang mini. Tentunya hal tersebut membuat para crafter lebih gembira karena mereka bisa membawanya dengan mudah dan menyalurkan ide-idenya di manapun mereka suka. Meskipun begitu, mesin portable yang juga bisa digunakan untuk membuat berbagai jenis kartu itu tidak bisa digunakan untuk mencetak dalam jumlah banyak.

Berkreasi dengan mesin cetak mini ini membutuhkan berbagai alat pendukung. Pendukung utamanya tentu saja kertas. Isur menyarankan untuk menggunakan kertas yang beratnya di atas 200  gram. Alat lain yang dibutuhkan untuk mencetak adalah tinta dengan aneka warna serta plat dengan berbagai bentuk.
“Biasanya toko yang menyediakan peralatan membuat scarpbook juga menyediakan plat-plat dari rubber. Tapi kalau mau yang berbeda, kita bisa memesannya di tempat percetakan,” ujarnya.

Isur yang semula membeli mesin letter press portable hanya untuk kebutuhan pribadi, kini ikut memasarkannya di toko Scrappetizer Craft & Craft miliknya di Jalan Ciumbuleuit. Dia berharap, teman-teman yang memiliki hobi serupa dengannya bisa berkreasi lebih banyak dengan teknik cetak kuno dari tempatnya.

Salah satu peserta workshop yang terpikat dengan teknik cetak kuno ini adalah Sirom. Ketertarikan mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional itu pada letter press sudah terjadi sejak dirinya membeli note book Vitarlenology.

“Awalnya saya beli note book yang di print. Waktu itu saya beli di Kineruku, kemudian saya ke Tobucil dan makin tertarik setelah melihat note book yang menggunakan letter press,” ujarnya.
Saat Tobucil membuka workshop letter press, Sirom pun langsung mendaftar. Hasilnya, dia terpikir untuk membuat kartu undangan sendiri. (megha)


8 komentar:

  1. yang pingin belajar macrame, bracelet, gelamg persahabatan:

    kunjungi:
    www.jual-beli-batu.mywapblog.com
    www.mangprop.mywapblog.com
    atau di page facebook: gelang tas anyamn tali

    selamat bergabung

    BalasHapus
  2. Info yang menarik, kembangkan bisnis dengan dipadukan paytren bisa kok, coba cek aja Paytren Yusuf Mansur
    Bisnis Paytren Yusuf Mansur
    Paytren
    Bisnis Paytren



    BalasHapus
  3. Jumbo or Jiffy hooks are for use with thicker yarns, rug yarn or fabric strips and are larger diameter hooks with which projects can be completed quickly. light up crochet hooks

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails